Kamis, 03 Mei 2018

BAJU HITAMKU




Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana setiap orang mrnghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan keluarganya. Aku pun begitu, aku bersenang-senang dengan kakakku. Saat ini, kami sedang jalan-jalan di mall, Sudah berjam-jam kami disini, dari jam 08.00 pagi sampai jam 15.00 sore, waktu yang sangat menyenangkan sekaligus melelahkan.

Ketika sedang asyik melihat- lihat handphone kakakku bergetar,  menandakan ada pesan masuk. Lalu kakak membacanya.

"Raya, pulang yuk, hari sudah sore, jam 16.00 nanti  kakak ada operasi" ajak kakakku Anisa.

"Operasi besar kak? boleh aku ikut ke Rumah Sakit?  aq malas sendirian di rumah..." jawabku.

"Iya ini operasi yang besar jadi kamu ngga boleh ikut ..percuma, disana kakak akan sibuk berjam-jam nanti kamu sendirian disana." jawab kak Anisa.

"Yahh abis ini aq sendirian dong di rumah..." keluhku.

"Ngga papa lahh sayang, nanti kakak cepetin dech kerjaan kakak, biar bisa cepet pulang, dan nemenin kamu dirumah" hibur kakak.

Akhirnya aku dan kak Anisa bersiap untuk pulang. Baru beberapa langkah, aku menoleh ke arah kiri. Ada yang menarik perhatianku.
 " Kak, kayaknya kakak cantik banget dech kalau pakai baju panjang berwarna hitam yang di pajang di mannequine itu..." kataku pada kak Anisa.

"Kamu minta kakak buat beli baju itu?" tanya kak Anisa.

" Iya kak, baju itu bukan buat aq kok,buat di pakai kakak  sendiri, dalam bayanganku kakak cocok bgt pakai baju itu..." kataku.

"Yahh besok-besok  dech, kalau kakak kesini lagi..." jawab kak Anisa sambil menarik lenganku.

"Kok besok-besok? sekarang aja,mumpung kita masih disini , dan belum tentu besok bajunya masih ada.." kataku.

" Sekarang uang kakak sudah hampir habis, cuma cukup untuk makan, kita kan belanja cukup banyak  hari ini... kamu mau kakak beli baju itu tapi kita ngga makan? lagian ini sudah sore,nanti kakak telat" jawab kak Anisa.

"Oh ya udah dech, terserah kakak saja" jawabku singkat.

Dan pada akhirnya kami meneruskan langkah kami menuju parkiran mobil. Aku dan kak Anisa pulang ke rumah.

Sesampainya dirumah kak Anisa segera mandi dan bersiap- siap ke Rumah Sakit.

Kak Anisa adalah seorang dokter di sebuah Rumah Sakit. Rumah Sakit 'HARAPAN' itu lah tempat dia bekerja. Karena dia dokter ahli anestesi saat-saat operasi besar seperti itu, keahlian kak Anisa memang sangat dibutuhkan.
 Kak Anisa bilang, ketika di ruang operasi dia akan terlihat semakin keren walaupun  harus memakai pakaian khusus, masker dan penutup kepala. Aku bangga memiliki kakak seperti dia.

Ketika aku sedang asyik menonton TV.

"Raya, kakak berangkat dulu ya? kakak janji begitu operasinya selesai kakak langsung pulang" kata kak Anisa.

" Iya kak hati-hati di jalan..." jawabku.

" Iya, kamu juga baik-baik di rumah, jangan lupa kunci pintu kalau dah malam..." kata kakakku lagi.

"Iya kak..." kataku lagi.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Malam hari pun datang. Sekarang jam menunjukan pukul 12.00 malam. Mataku sudah sangat mengantuk hingga sesekali aku tertidur didepan TV. Aku terbangun oleh suara mobil yang berhenti didepan rumahku. Rupanya kakakku baru pulang. Aku bergegas bangun untuk membukakan pintu untuknya.

" Kakak baru pulang? " kataku dengan ekspresi berantakan karena mengantuk.

" Iya Ray, tadi waktu kakak mau pulang tiba-tiba ban mobil kakak bocor, jadi kakak ke bengkel dulu, untung aja ada yang masih buka..."jawabnya.

"Kakak udah mandi?" tanyaku.

"Udah tadi waktu mau pulang..." jawabnya.

"Kakak udah makan? aq tadi masak makan malam buat kakak, tapi kayaknya dah dingin dech, biar aq panasin dulu ya? " kataku.

" Maaf Ray, bukannya kakak ngga menghargai kamu, tapi  kakak tadi udah makan bareng temen-temen dokter ..." katanya.

"Ya udah, kakak langsung tidur aja, aq udah mau tidur, ngantuk bgt..." kataku.

"Ya udah..." Kami pun beranjak menuju kamar kami masing-masing.

Dua hari berlalu dengan cepat. Pagi ini aq baru bangun dari tempat tidurku. Ku keja-kejapkan mata untuk menyesuaikan  dengan cahaya yang langsung menusuk mataku. Aku melirik ke arah jam dinding, ternyata jam menunjukan pukul 05.30 pagi. Aku bergegas untuk bangun, dan bersiap-siap.

Hari ini tanggal merah jadi aq libur dari kegiatan sekolahku. Aku sudah berencana untuk liburan bersama teman-teman satu kelasku.

Aku baru keluar dari kamar mandi. Aku melihat kakak sedang memasukkan beberapa makanan dan pakaian untuk ku bawa pergi.
 "Kamu berangkat jam berapa Ray?" tanya kakak.

"Aku disuruh nunggu di halte jam 8 kak..."  jawabku.

"Ouh, ya udah cepat ganti baju, abis itu kita berangkat,  kakak antar kamu ke halte nanti, sekalian kakak berangkat kerja..." kata kakak.

"Iya kak..."

Aku selesai ganti baju dan berdandan. Aku segera keluar dari kamar menuju depan rumah. Ternyata kakakku sudah menunggu didepan dengan mobilnya. Tidak lupa aku mengunci pintu dan segera jalan ke arah mobil.

"Ayo berangkat..." kataku dengan semangat didalam mobil.

Didalam mobil kami ngobrol banyak. Hingga tak terasa kami sanpai di halte. Kami turun dari mobil. Sudah beberapa menit aq menunggu di halte dengan gelisah tapi bus perjalanan kelasku belum juga datang. Aku melirik kearah kakak yang duduk di sampingku sambil memainkan handphonenya.

"Kak, berangkat aja duluan, nanti telat loch" kataku.

"Ngga kok, kakak nunggu sampai bisnya datang aja, kakak cuma mau memastikan kamu berangkat dengan aman" katanya tersenyum.

"Wahh kakak sayang bgt sama aku, aku jadi terharu" kataku senyum.

"Lebay  kamu, semua kakak pasti sayang sama adiknya, tuh bis nya udah datang" kata kakak sambil menunjuk ke arah bisku.

"Eh iya, aku berangkat ya kak?" kataku dengan semangat.
"Iya, hati-hati di jalan..." jawab kak Anisa.

"Iya kakak juga ..." kataku dengan semangat.
Aku segera masuk ke dalam bis.

Anisa pun berjalan menuju mobilnya. Ada perasaan senang melihat adiknya bahagia. Namun ada perasaan sedih yang membuatnya bingung kenapa tiba-tiba perasaan ini tiba-tiba datang.
'Ada apa ini? apa yang akan terjadi?'batinnya berbicara. Namun ia segera menepisnya 'Pasti ini hanya perasaanku saja' batinnya berbicara lagi.
Dan Anisa segera masuk ke mobil.

Didalam bis, Raya dan teman- teman tampak sangat bahagia. Tertawa bersama, bercanda bersama, bermain bersama sambil memakan cemilan yang mereka bawa dari rumah . Pokoknya hari itu mereka benar-benar bahagia. Tidak memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.

Namun ketika melewati tikungan jalan, tiba-tiba ada mobil melaju kencang dari arah berlawanan. Sopir yang tidak siap akhirnya banting setir kearah kanan untuk menghindari kecelakaan. Namun bukannya mereka selamat dari kecelakaan, bis itu makah jatuh terperosok ke dalam jurang yang sangat curam yang berada di sisi sebelah kanan jalan itu. Tak satupun dari para penumpang yang selamat dari kecelakaan maut itu, termasuk supirnya.

Jam  sudah menunjukan pukul 12.00 siang. Ini sudah waktunya orang-orang berhenti dari aktivitasnya sementara untuk beristirahat. Begitupun di rumah sakit Harapan.

"Nis, kerjaan kamu selesai belum? ke kantin yuk, aq lapar bgt nih..." kata Meli, sahabat Anis.

"Udah Mel, yuk aku juga udah lapar banget..." jawab Anisa sambil menggandeng Meli.

Sesampainya di kantin, Anisa dan Meli mengambil makanan dan membawanya ke meja yang kosong.
Ketika sedang asyik makan matanya tertuju pada TV yang menyala di sudut ruangan. TV itu sedang menayang kan acara berita . Namun  yang membuat hatinya mencelos adalah ketika pembaca berita mengatakan bus pariwisata ****** yang di tumpangi adiknya mengalami kecelakaan dan tidak ada satupun penumpang yang selamat dari kecelakaan termasuk supirnya. Setelah mendengar itu Anisa langsung menangis. Melihat perubahan ekspresi sahabatnya, Meli bertanya

"Nis, kamu kenapa?"

"Itu adalah bis yang di tumpangi Raya" jawabnya sambil menunjuk arah TV. Air mata Anisa langsung turun.

" Tenang Nis, belum tentu itu bus yang ditumpangi Raya, mungkin saja itu bis yang mirip. .." kata Meli menenangkan.
" Tapi tujuan bis yang kecelakaan itu sama persis dengan bis yang ditumpangi Raya, aku telpon saja dia, aku benar-benar khawatir sekarang" kata Anisa dan mulai menelpon.
 ' Maaf, nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi' suara perempuan dari handphonenya.
 "Tidak bisa dihubungi Mel" katanya.

 "Ya sudah, biar lebih jelas kita sekarang ke sana saja" kata Meli dan disambut anggukan oleh Anisa.

Setelah itu mereka meminta ijin dari kepala departemen untuk keluar sebentar .Mereka segera berangkat ke TKP.

Beberapa minggu kemudian....

Dipagi hari, Anisa tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Seperti saat sebelum peristiwa itu terjadi. Memasak untuk dua porsi, menyiapkan makanan cemilan kesukaan Raya, membersihkan barang- barang favorit milik Raya, bahkan pada hari Minggu ia suka jalan-jalan sendirian.

Saat ini Anisa sedang berada di meja makan, dia menyiapkan 2 porsi nasi makan. Satu untuk nya, satu lagi diletakkan di atas meja depannya seakan-akan makanan itu dia siapkan untuk orang lain. Anisa makan sambil melihat ke arah makanan yang menganggur diatas meja.

Setelah selesai makan ia berjalan ke arah kamar yang biasa ditempati Raya.
Setelah masuk Anisa duduk diatas tempat tidur menghadap ke arah cermin. Dengan melihat pantulan bayangan dirinya dicermin, dia berusaha menarik dua sudut bibirnya mencoba untuk tersenyum.

 " Lihatlah Ray, kakak berhasil tersenyum sekarang" katanya seolah dia berbicara dengan Raya.

Dari cermin Anisa melihat sesuatu terletak diatas meja rias Raya, Anisa mengambilnya. Ternyata itu adalah surat yang Raya tulis untuk Anisa. Air mata Anisa turun setelah membacanya.

Sekarang saat nya Anisa untuk bersiap. Anisa datang ke halte tempat terakhir dia ketemu Raya. Dia menunggu seseorang namun yg ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya dia pergi ke rumah sakit dan bekerja untuk menghibur diri.

Anisa dulu adalah orang yang hangat,sabar, ramai, ramah dan peduli terhadap orang. Namun sejak itu, dia berubah menjadi sosok yang pemarah, pemurung, tak peduli pada orang lain, dan sering kali dia melakukan tatapan kosong, dia benar-benar seperti mayat hidup.

Tok tok tok ...

Pintu ruangannya berbunyi.

 "silahkan masuk..." katanya lemah.

 "Sudah ku duga kau pasti disini..." rupanya Meli yang mengetuk pintu.

 "Ya iya lah, memangnya dimana lagi?"kata Anisa.

"Nis, bukannya hari ini kamu harusnya cuti?" tanya Meli.

" Iya, tapi aku tak betah dirumah, lebih baik disini, bekerja..."

"Tapi, kamu harus istirahat, lihat, kamu sekarang kurus seperti ini, lagian ya kasian para dokter2 magang disini, mereka mengeluh selalu menganggur, ngga dapat apa-apa, ngga dapat ilmu, itu semua karna ulahmu" kata Meli.

"Jadi mereka sering mengeluh seperti itu? maaf, aku bahkan tak tau" kata Anisa sedikit tersenyum.

" Gitu dong, senyum jadinya cantik" kata Meli.

"Aku ingat sesuatu Mel ..."

"Apa?"

"Kamu tau kan baju hitam yang sering aku pakai? itu adalah baju pilihan Raya. Dia bilang aku akan terlihat cantik, kalau aku memakainya. Dan itu benar. Aku juga baru sadar kalau permintaannya waktu itu adalah suatu pertanda kalau Raya akan pergi. Ceritanya waktu itu, hari Minggu aku dan Raya jalan2 ke mall, dari pagi sampai sore, ketika aku mau pulang, dia melihat baju itu dipajang di depan toko baju, dia meminta aku untuk membelinya..."seketika air mata Anisa langsung turun.

Meli langsung memeluk Anisa.
 "Nis, yg kuat ya? dengar, dari dulu kamu tau, aku sebatang kara, dan lihat, aku masih hidup sampai sekarang, kalau aku bisa maka kamu pasti bisa..." kata Meli mengusap punggung Anisa.

Anisa menangis, semua kesedihannya telah tertumpahkan.

Pagi ini, Anisa keluar dari mobil begitupun juga Meli. Dengan memakai pakaian serba hitam, dia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat dimana adiknya berada.

Ya , pemakaman.

Begitu sampai dia langsung menaburkan bunga yang ia bawa, serta memanjatkan doa untuk adiknya .
" Ray, kamu pasti sedang bahagia ya disana? kamu bertemu dengan mama dan papa? atau mungkin kalian sedang bersama ? Kakak iri lohh, Ray, kakak janji mulai sekarang kakak akan kembali ceria seperti dulu, lihat Ray, ini baju yang kamu pilih waktu itu, kakak sedang memakainya...
kakak kangen sama kamu, mama dan papa " kata Anisa sambil memegang baju yg di pakainya.
Anisa menangis.
Meli yg melihatnya pun ikut menangis.

Cukup lama mereka berdua di pemakaman. Meli melihat ke langit, tadi cerah sekarang mendung.

" Nis, pulang yuk? aku ngga mau kita kehujanan di jalan" kata Meli.

" Ray, kakak pulang dulu ya? kapan2 kakak kesini lagi..." katanya sambil mengusap nisan adiknya.

" Yuk Mel"...

Dan akhirnya mereka pulang ke rumah masing2. Perasaan Anisa sekarang sudah mulai lebih baik.
~selesai~